Kota Blitar (Pegon: كَوتَ بلِتَرْ) merupakan sebuah kota yang terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 167 km sebelah barat daya Surabaya dan 80 km sebelah barat Malang. Kota Blitar terkenal sebagai tempat dimakamkannya presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Selain disebut sebagai Kota Proklamator dan Kota Patria, kota ini juga disebut sebagai Kota Peta (Pembela Tanah Air) karena di bawah kepemimpinan Soeprijadi, Laskar Peta melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Februari 1945 yang mengilhami timbulnya perlawanan menuju kemerdekaan di daerah lain.
Berdasarkan legenda, dahulu bangsa Tartar dari Asia Timur sempat menguasai daerah Blitar yang kala itu belum bernama Blitar. Majapahit saat itu merasa perlu untuk merebutnya.Kerajaan adidaya tersebut kemudian mengutus Nilasuwarna untuk memukul mundur bangsa Tartar.Keberuntungan berpihak pada Nilasuwarna, ia dapat mengusir bangsa dari Mongolia itu. Atas jasanya, ia dianugerahi gelar sebagai Adipati Aryo Blitar I untuk kemudian memimpin daerah yang berhasil direbutnya tersebut. Ia menamakan tanah yang berhasil ia bebaskan dengan nama Balitar yang berarti kembali pulangnya bangsa Tartar.
Akan tetapi, pada perkembangannya terjadi konflik antara Aryo Blitar I dengan Ki Sengguruh Kinareja yang tak lain adalah patihnya sendiri. Konflik ini terjadi karena Sengguruh ingin mempersunting Dewi Rayung Wulan, istri Aryo Blitar I.
Singkat cerita, Aryo Blitar I lengser dan Sengguruh meraih tahta dengan gelar Adipati Aryo Blitar II.Akan tetapi, pemberontakan kembali terjadi.Aryo Blitar II dipaksa turun oleh Joko Kandung, putra dari Aryo Blitar I. Kepemimpinan Joko Kandung dihentikan oleh kedatangan bangsa Belanda.Sebenarnya, rakyat Blitar yang multietnis saat itu telah melakukan perlawanan, tetapi dapat diredam oleh Belanda.
Selanjutnya, berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 17/1950, Kota Blitar ditetapkan sebagai daerah kota kecil dengan luas wilayah 16,1 km². Dalam perkembangannya, nama kota ini kemudian diubah lagi menjadi Kotamadya Blitar berdasarkan Undang-Undang No. 18/1965. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 48/1982, luas wilayah Kotamadya Blitar ditambah menjadi 32,58 km² serta dikembangkan dari satu menjadi tiga kecamatan dengan dua puluh kelurahan. Terakhir, berdasarkan Undang-Undang No. 22/1999, nama Kotamadya Blitar diubah menjadi Kota Blitar.
Islam adalah agama yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul
terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.Islam (Arab: al-islām, الإسلام,
“berserah diri kepada Tuhan”) adalah agama yang mengimani satu Tuhan,
yaitu Allah SWT. Dalam Al-Quran, Islam disebut juga Agama Allah
atau Dienullah (Arab: دِينِ اللَّهِ).
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
padahal kepada-Nya-lah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di
bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka
dikembalikan.” (QS. Ali Imran [3] : 83).
Islam masuk di Blitar dengan cara damai dan diterima baik oleh masyarakat Blitar. Dakwah Islam atau penyebaran agama Islam ini dilakukan dengan cara mendirikan Madrasah, Thoriqoh, maupun Pondok pesantren.Salah satu pondok pesantren yang masih berdiri saat ini adalah YPP Darul Huda yang bertempat di Wonodadi Kab.Blitar.
Darul Huda berdiri atas perjuangan seorang da’I yang bernama Kyai Ali Yani Bin Nur Iman. Pertama kali berdiri lembaga yang sekarang dikenal dengan Darul Huda dahulu tidak mempunyai nama. Kyai Ali Yani memulai dakwah seorang diri. Daerah yang kini megah dengan bangunan-bangunan gedung Madrasah, Thoriqoh, maupun Asrama Pondok dahulu tak ubahnya suatu daerah yang mengerikan dan sungguh merupakan cerminan penghuninya yang belum mendapatkan Nur Illahi. Sehingga telah menjadi tradisi dalam hidup dan kehidupan mereka sehari-hari meninggalkan norma-norma agama.Mereka tidak segan-segan melakukan perbuatan dosa seperti perjudian, perampokan, minum-minuman keras, pelacuran dsb mereka lakukan di tempat terbuka.Tentu saja hal tersebut membuat hati Kyai Ali Yani “Trenyuh”, oleh karena itu dengan tekad bulat beliau terus maju pantang mundur serta pantang putus harapan memperjuangkan amar ma’ruf nahi munkar di hadapan mereka.Dengan berbekal keyakinan dan keuletan yang beliau miliki, akhirnya lama kelamaan beliau mempunyai pengikut.
Setelah Kyai Ali Yani meninggal, perjuangan beliau diteruskan oleh putranya yang bernama H. Ismail. Seperti halnya ayahnya, H. Ismail juga menghadapi ujian dari orang-orang yang masih sesat itu Mereka tidak bisa menerima petuah-petuah H. Ismail, bahkan meraka ingin membunuh H. Ismail dan para pengikutnya dengan cara menggunakan kekuatan hitam. Sejak dahulu sampai sekarang, yang benar pasti menang. H. Ismail mendapatkan pertolongan dari Allah a telah membantu penjajah Belanda.
Tetapi, penjajah tetaplah penjajah.Setelah Belanda mengetahui kemajuan para santri yang dididik oleh KH.Ismail ada perasaan khawatir yang menjangkiti Belanda. Mereka berusaha dengan segala cara untuk membubarkan pondok, mula-mula dengan cara halus namun tidak berhasil. Akhirnya jalan kekerasanpun digunakan, KH.Ismail dimasukkan penjara selama 6 bulan.Namun, dengan kebesaran Allah, datanglah seorang kerabat yang kebetulan menjadi serdadu Belanda di Surabaya meminta kepada Ndoro Kanjeng untuk membebaskan beliau.Permintaan tersebut dikabulkan, namun dengan pengawasan yang ketat dari Belanda.
Sepulang KH. Ismail dari penjara, rupanya para musuh beliau yang melarikan diri, kembali lagi dengan membawa dendam yang membara.Akhirnya mereka menyusun strategi untuk menghabisi KH.Ismail beserta santri dan keluarganya.Pada malam yang sepi, mereka membakar rumah KH.Ismail.Namun semua selamat. Akhirnya KH. Ismail meninggal dan digantikan oleh putra sulungnya yang bernama KH. Said
KH.Said dengan ilmu yang dimilikinya mengasuh pondok Gambar.Semakin hari santri beliau semakin banyak.Tahun 1949 terjadilah Agresi Belanda ke II.Pondok Gambar tak luput dari incaran Belanda.Pondok Gambar dijadikan markas oleh Belanda.Namun berkat perjuangan beliau dan para santri akhirnya dapat direbut kembali.Tahun 1961 KH.Said wafat. Setelah KH. Said wafat, kepemimpinan beliau digantikan oleh dua putra beliau yakni KH.Hasan Badri dan KH. Bustomi Said
Pada masa kepimpinan beliau berdua inilah mulai diadakan perubahan-perubahan, disini mulai berdiri MI dan MTs. Pada tahun 1966 dengan resmi Madrasah yang dahulu bernama Hidayatut Tholibin berganti nama dengan DARUL HUDA seperti yang kita kenal sekarang. Dari tahun ke tahun, diadakan penyempurnaan-penyempurnaan tanpa meninggalkan cirri khas Darul Huda dengan bekerjasama dengan DEPAG dan LP Ma’arif, mulai dari sarana dan prasarana maupun kurikulum. Pada masa ini santri-santri Darul Huda banyak yang berasal dari luar Blitar seperti Semarang, Demak, Kudus, Cirebon, Gresik Banyuwangi bahkan dari luar pulau Jawa seperti Lampung dan Makassar.
Pendidikan di Darul Huda pada masa itu :
1. Pondok Pesantren Darul Huda
2. Taman Kanak-Kanak Al-Hidayah
3. Madrasah Ibtidaiyah
4. Madrasah Tsanawiyah
5. Madrasah Aliyah
Akhirnya KH. Hasan Badri wafat sedangkan KH.Bustomi Said harus pindah ke Dadaplangu Ponggok karena mendapatkan amanat untuk mendirikan Pondok Pesantren disana.Darul Huda kemudian dipimpin oleh Kyai Muhsin As-Said.Pada masa inilah mulai terjadi kemunduran di Pondok Pesantren dari sisi jumlah.Pada sisi lain, mulai dibentuk Yayasan secara formal dengan Akta Notaris Budi Dharma Kusuma SH No 17/12/1992 dan mulainya berdiri Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren) yang merupakan cikal bakal Kopontren Al-Barkah dan Masda Computer Center yang kita kenal sekarang.Tahun 1998 beliau meninggal dalam keadaan masih bujang. Pada tahun yang sama kepemimpinan Darul Huda diamanatkan kepada keponakan Beliau yang bernama Asyharul Muttaqin S.Pd.
Bukan perjuangan namanya kalau tanpa halangan dan rintangan.Pada awal kepemimpinan beliau, Darul Huda dengan santrinya yang Mbeling-mbeling berusaha beliau rubah menjadi santri yang Mbeneh alias tahu tata karma dan berbudi pekerti yang luhur.Tak jarang beliau menangis tatkala berdo’a memohon kepada Allah agar santri-santrinya diberikan keluhuran budi dan kemulyaan akhlak.Berkat do’a yang begitu tulus dan usaha yang tak kenal lelah, akhirnya hasilnya dapat kita lihat sekarang ini. Santri Darul Huda sekarang terkenal sebagai santri yang aktif, kreatif dan inovatif.
Selain itu, beliau juga mulai memasukkan tehnologi ke Darul Huda. Misalnya masuknya computer ke Darul Huda. Disamping itu, mulai diadakannya PPL MI/SD di wilayah se Kawedanan Srengat bagi kelas III Aliyah dan TPQ bagi kelas II Aliyah, di bangunnya sarana olah raga yang lengkap sebagai lapangan multi fungsi (bola basket, bola volley, sepak takraw dll), auditorium, laboratorium computer dan bahasa, preview (tampilan Darul Huda) yang semakin menarik yang menjadikan Darul Huda menjadi salah satu perguruan yang enjoyable bagi para peserta didiknya, serta penambahan berbagai kegiatan ekstra kurikuler seperti olah raga, drum band, P-Club, muhadloroh, seni tarik suara, sholawat, band, pramuka dan masih banyak kegiatan ekstra lainnya yang beliau masukkan ke Darul Huda. Bahkan tahun 2005 kemarin Darul Huda telah mendirikan Radio Pendidikan yang bernama Paramadina FM. Pula tahun 2006 Darul Huda mendapatan bantuan mesin jahit dari Menpora sebagai penghargaan atas keberhasilan Darul Huda mendapatkan juara I lomba sepak takraw se Indonesia di Palembang tahun 2004. Akhirnya latihan menjahit dijadikan salah satu kegiatan ekstra yang sangat diminati oleh santri-santri Darul Huda.